Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Balai TNUK Berikan Edukasi Konservasi Bagi Siswa Siswi MTsN Pandeglang 3 – Cibaliung

Monday 6 August 2018 | August 06, 2018 WIB | 0 Views Last Updated 2018-08-06T08:59:16Z

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Ujung Kulon Monica mengatakan, TNUK mencanangkan ada 20 sekolah di daerah penyangga kawasan hutan Taman Nasional Ujung Kulon akan menjadi  sasaran edukasi konservasi. “Sudah di data, ada 20 sekolah yang akan kami kunjungi dalam rangka sosialisasi pendidikan konservasi dengan sasaran pelajar. Untuk remaja kegiatan pelatihan dan kaderisasi. untuk orang tua metodenya melalui acara tarling (sholat tarawih keliling, bulan Ramadhan),” terang Monica.

Foto: Saprudin MS.
Monica, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Taman Nasional Ujung Kulon sedang menyampaikan materi Edukasi Konservasi di MTsN Pandeglang 3 – Cibaliung. Kamis 2 Agustus 2018.

Alam dan Kehidupan Manusia
Nina Amban mengatakan, kegiatan Edukasi (pendidikan-Ed) konservasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada audien siswa siswi MTsN Pandeglang 3 – Cibaliung, tentang pentingnya mengenali dan menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Alam dan lingkungan adalah ibarat Rumah kita, harus dijaga dan dipelihara. “Alam adalah rumah kita, harus kita jaga, jika kita tidak menjaganya alam akan rusak dan kerusakannya akan berpengaruh buruk pada kehidupan manusia di muka bumi,” kata Nina dalam menyampaikan materi edukasi.

Kemudian dalam pendidikan konservasi itu auden siswa dan siswi diarahkan untuk memiliki kepedulian, pengetahuan yang cukup terhadap alam dan lingkungan serta sikap positif terhadap menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA).

Diterangkan narasumber dari Bumi Edukasi Bogor itu, bahwa dampak kerusakan alam akan menimbulkan bencana alam, kekeringan, pemanasan global, dan ketidaksukaan alam. “Alam memberikan kehidupan kepada manusia, karena itu manusia harus menjaga alam. Manusia tidak dapat hidup tanpa alam. Tapi alam dapat tumbuh dan hidup tanpa manusia. Karena itu manusialah yang harus menjaga dan melestarikan alam untuk kepentingan hidup manusia itu sendiri,” demikian disampaikan dalam materi Edukasi.

Foto: Saprudin MS
Nina Amban, didampingi petugas Balai TNUK Monica dan Firman menyerahkan cendarmata kepada Ust. Irpan Fauzil yang mewakili pihak MTsN 3 Pandeglang -Cibaliung. Kamis 2 Agustus 2018.

TNUK, Kekayaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Sementara narasumber dari PEH Balai TNUK Monica, menyampaikan tentang informasi situasi dan kondisi kekayaan alam yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon,  berupa keanekaragaman hayati flora dan fauna serta ekosistemnya. Ekosistem adalah sekumpulan mahluk yang ada di satu tempat seperti ekosistem hutan, laut, Padang lamun, sungai dan rawa.
Diperkenalkan jenis tanaman obat-obatan, jenis-jenis angrek yang memiliki keindahan yang luar biasa, jenis-jenis satwa darat dan satwa laut yang terbilang langka dan terancam punah karena itu harus dilindungi dan dilestarikan. Seperti Badak Jawa, Owa, jenis-jenis burung, dan macam-macam satwa laut. “Taman Nasional Ujung Kulon adalah kawasan konservasi yang menyimpan dan melindungi keanekaragaman hayati flora dan fauna serta ekosistemnya, jadi kewajiban setiap orang, termasuk kita, yang harus menjaganya, agar alam memberikan timbal balik keuntungan bagai hidup kita, manusia, Ujung Kulon ibarat rumah kita, tempat kita berlindung dan kembali” terang Monica.
Di semenanjung Ujung Kulon, masih terang Monica, terdapat Populasi badak Jawa (Rhinoseros sondaicus) yang kini tercatat populasinya berjumlah 68 ekor. Luas areal di semenanjung Ujung Kulon 30.000 hektar, tapi hanya 20.000 hektar yang menjadi habitat badak Jawa.
Foto: Saprudin MS.
Firman, petugas Balai Taman Nasional Ujung Kulon menyerahkan cendramata secara simbolis kepada peserta Edukasi Konservasi. Kamis 2 Agustus 2018.

Laskar Ujung Kulon
Untuk menyalurkan gagasan kepedulian terhadap alam sekitar bagi para kader konservasi, pemuda, pelajar dan mahasiswa atau siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, dibentuklah suatu wahana komunikasi yang disebut dengan nama Laskar Ujung Kulon. “Tujuan dari pembentukan laskar Ujung Kulon ini agar mereka tidak hanya diam ketika melihat dan menyaksikan kerusakan alam di lingkungan mereka. Mereka ibarat sepion yang melakukan monitoring atau mendeteksi peristiwa apa saja yang sedang dan akan terjadi, sekiranya perlu penanganan serius supaya segera melapor pada pihak Balai TNUK melalui call center Bacusa,” kata Nina. [Red]
×
Berita Terbaru Update