JAKARTA,newsskri.com.
Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi peluncuran buku 'Perang Rusia Vs Ukraina. Perspektif Intelijen Strategis' oleh Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono, sebagai salah satu kajian yang diinisiasi KABAIS TNI Letjen TNI Rudianto. Jarak Rusia - Ukraina dengan Indonesia memang terpisah bentang geografis hingga lebih dari 9.500 km. Namun tidak dapat menafikan fakta, bahwa apa yang terjadi di Rusia dan Ukraina, memiliki dampak nyata pada banyak negara.
"Komisaris Tinggi PBB untuk HAM melaporkam dalam kurun waktu kurang dari dua bulan sejak perang dimulai, periode 24 Februari 2022 hingga 11 April 2022, tercatat 1.793 warga sipil tewas dan 2.439 lainnya terluka. Lima bulan kemudian, 18 September 2022, korban sipil di kubu Ukraina sudah mencapai 5.916 jiwa, serta 8.616 korban luka-luka. Dampak perang juga menyebabkan krisis kemanusiaan global, di mana jutaan manusia mengungsi ke berbagai negara Eropa. Hingga 14 Juni 2022, jumlah pengungsi Ukraina tercatat mencapai lebih dari 7,5 juta jiwa," ujar Bamsoet dalam sambutan peluncuran buku 'Perang 'Rusia Vs Ukraina. Perspektif Intelijen Strategis', di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa (25/7/23).
Turut hadir antara lain, Ketua Komite II DPD RI Yorrys Raweyai, KSAU Laksamana TNI Muhammad Ali, Gubernur LEMHANNAS Andi Widjajanto, Wakil KSAD Letnan Jenderal TNI Agus Subiyanto, Wakil KSAU Marsekal Madya TNI Agustinus Gustaf Brugman, KABAIS Letjen TNI Rudianto, Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando, serta pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, perang Rusia dan Ukraina juga menyebabkan disrupsi pada rantai pasok global, sehingga menimbulkan krisis pangan dan krisis energi. Mengingat sebagai produsen gandum terbesar ketiga di dunia dengan kapasitas 1,2 miliar ton per tahun, hampir sepertiga dari pasokan gandum dunia disuplai oleh Rusia. Demikian juga Ukraina, menjadi negara produsen gandum terbesar nomor sepuluh dunia dengan kapasitas 433 juta ton per tahun.
"Dari sektor energi, Rusia adalah pengekspor minyak terbesar dunia. Lebih dari 40 persen kebutuhan bahan bakar negara-negara Eropa bergantung pada pasokan dari Rusia. Beberapa negara Eropa juga memiliki ketergantungan pasokan gas dari Rusia, antara lain Jerman mencapai 56,2 miliar meter kubik, Italia 29,2 miliar meter kubik, Belanda 13,2 miliar meter kubik, di samping beberapa negara Eropa lainnya seperti Perancis, Polandia, dan Hongaria," jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran dari perang Rusia-Ukraina. Salah satunya adalah pentingnya membangun kemandirian sebagai bangsa yang berdaulat. Indonesia kini tidak memiliki negara yang menjadi "ancaman" nyata secara militer. Namun, bangsa Indonesia tidak bisa menafikan fakta bahwa potensi konflik akan selalu ada, misalnya di laut Cina Selatan atau Natuna Utara.
Kemandirian dalam aspek pertahanan keamanan dapat dibangun dengan pengadaan alutsista strategis, penguatan kerjasama pertahanan-keamanan dengan negara lain, pemutakhiran dan pengembangan teknologi alutsisista, serta pemanfaatan teknologi.
"Pemaknaan dalam implementasi sistem pertahanan juga harus lebih komprehensif, misalnya penguasaan 'ruang udara' tidak hanya dimaknai sebagai penguatan matra udara, namun juga pemanfaatan ruang siber dan teknologi informasi secara optimal," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, melalui buku 'Perang Rusia Vs Ukraina. Perspektif Intelijen Strategis', publik bisa mengetahui bahwa perang Rusia-Ukraina tidak sesederhana yang tampak di permukaan. Propaganda kedua belah pihak membuat banyak kalangan tidak memahami secara utuh masalah sebenarnya dalam konflik ini. Buku ini juga menjawab pertanyaan mengapa Rusia harus melakukan operasi militer khusus terhadap Ukraina, serta mengapa Ukraina sampai sekarang masih bisa bertahan.
"Tidak berlebihan kiranya jika buku ini digunakan sebagai bahan masukan oleh para pemimpin nasional dari mulai Lembaga Kepresidenan, TNI, Kementerian Pertahanan, hingga Komisi I DPR RI yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri, Komunikasi dan Informatika, serta Intelijen. Termasuk juga oleh para praktisi dan akademisi di dunia intelijen, militer, dan pertahanan," pungkas Bamsoet.(spyd)